REVIEW Spider-Man: Homecoming (2017)


Jujur cukup lelah melihat kisah sang manusia laba-laba, Spider-Man direka ulang berkali-kali dalam tempo waktu yang tak berkelang lama. Dengan kurun waktu 15 tahun, Spidey telah dibuat dalam 5 film dengan dua plot kisah berbeda. Kini, setelah Sony resmi bergabung dalam bendera MCU-nya Paramount, kisah Spider-Mankembali di-reboot dengan sineas yang kurang dikenal Jon Watts dan aktor asal Inggris, Tom Holland (The Impossible, The Lost City of Z) sebagai Peter Parker.
Menghapus plot kematian paman Ben serta asal-usul Spider-Man (yeah, gigitan laba-laba itu) , alkisah remaja Peter Parker dipercayai miliuner, Tony Starks (Robert Downey, Jr) untuk berlatih di bawah pengawasannya sebagai pahlawan super di tengah hiruk pikuknya kota New York (alur awalnya mengambil lini masa dari Captain America : Civil War). Bosan dengan sesi pelatihannya yang tak jelas dan merasa terabaikan, Peter lalu menemukan kasus penjualan senjata ilegal oleh geng kriminal yang dipimpin oleh Adrian Toomes (Michael Keaton) mantan pengumpul barang-barang bekas sisa-sisa aksi heroik para Avengers di NYC silam. Bersemangat ingin menunjukkan eksistensinya di mata Tony, Peter lalu malah masuk dalam masalah serius yang menguji sisi kepahlawannnya yang masih seumur jagung.
Naskah keroyokan tulisan enam orang termsuk Watts dan Chris McKenna (Captain America : The Winter Soldier) mungkin lebih menekankan pada sisi hiburan dan sedikit sisipan unsur detektif kala Peter menyelidiki kasus besar solonya ala Nancy Drew. Tentunya dengan sokongan kostum yang jauh lebih canggih dari dua seri Spideysebelumnya serta banyak cameo bintang-bintang besar dan Bibi May yang jauh lebih menggoda (Marisa Tomei!). Hal ini justru menyisihkan sisi dramanya yang lebih dominan dalam Spidey versi Sam Raimi dan Marc Webb tempo hari. Homecoming ini mungkin mengikuti formula film-film Marvel di bawah bendera MCU, yang ringan, menghibur dan terkadang dipenuhi guyonan-guyonan yang tidak lucu. Untungnya Watts mampu menekan sisi humor kering itu di sini. Dan hanya menonjolkan sisi penghiburannya saja. Tak buruk memang, kisahnya juga tidak kelewat ringan tapi tetap mudah diikuti. Hanya saja bagi yang kangen dengan perjuangan Petet Parker dengan keterbatasannya hingga percintaannya yang menjadi ciri khas kuat di film-film sebelumnya bisa jadi hanya mengganggap Homecoming ini sebagai film riang warna-warni nan ringan tanpa kesan emosional yang kuat.
Holland yang terlihat jauh lebih muda dibanding Tobey Maguire dan Andrew Garfield saat mereka membawakan peran Peter juga tak buruk dan cukup dinamis membawakan sosok Peter yang naif, sedikit konyol dan kikuk. Suaranya yang khas dalam logat Amerika juga cukup meninggalkan kesan. Sedang Keaton walaupun karakternya bukanlah sosok penjahat yang kuat tapi tetap mampu tampil kuat dalam keterbatasan naskah pada geliat lakonnya. Beberapa nama pemain pendukung juga mampu bersinar, Zendaya, Tomei, Jon Favreau hingga Downey Jr  tampil solid bermain di layar.
Pada akhirnya, sebagai bab baru sang manusia laba-laba di bawah semesta MCU, Spider-Man : Homecoming mungkin tidak buruk mengawali kembali kisah Peter Parker dan problematika pubertasnya. Dengan jajaran pemain yang tampil solid, dan pengarahan Watts yang dinamis, Spider-Man: Homecoming bisa tampil sedikit segar dan berbeda dari gaya tutur film-film sebelumnya.
REVIEW Spider-Man: Homecoming (2017) REVIEW Spider-Man: Homecoming (2017) Reviewed by tmv31 on 7/13/2017 12:07:00 PM Rating: 5

Menghapus plot kematian paman Ben serta asal-usul Spider-Man (yeah, gigitan laba-laba itu) , alkisah remaja Peter Parker dipercayai miliuner, Tony Starks (Robert Downey, Jr) untuk berlatih di bawah pengawasannya sebagai pahlawan super di tengah hiruk pikuknya kota New York (alur awalnya mengambil lini masa dari Captain America : Civil War).

Tidak ada komentar:

no spam or will be deleted

Diberdayakan oleh Blogger.